Kamis, 24 November 2016
Rabu, 09 November 2016
Tugas Inderaja(Satelit Landsat sensor ETM)
Nama: Siti Hajar Rumau
Nim : 201464043
Land Satellite (Landsat) merupakan program tertua dalam perangkat observasi bumi. Landsat dimulai tahun 1972 dengan nama Earth Resources Technology Satellite (ERTS-1). Satelit ini merupakan satelit sumberdaya alam yang pertama. Satelit Landsat terdiri dari beberapa seri yaitu: Landsat-1, Landsat-2, diteruskan 3, 4, 5, 6 dan terakhir adalah Landsat 7 dimana merupakan bentuk baru dari Landsat 6 yang gagal mengorbit.
Landsat-5 atau Landsat Thematic Mapper (TM) memiliki resolusi spasial 30x30 m pada band 1, 2, 3, 4, 5 dan 7. Sensor TM mengamati obyek-obyek di permukaan bumi dalam 7 band spektral, yaitu band 1, 2 dan 3 adalah sinar tampak (visible), band 4, 5 dan 7 adalah infra merah dekat (NIR), infra merah menengah, dan band 6 adalah infra merah termal yang mempunyai resolusi spasial 120x120 m. Luas liputan satuan citra adalah 180x180 km pada permukaan bumi. Landsat TM mempunyai kemampuan untuk meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada setiap 16 hari, pada ketinggian orbit 705 km. Terdapat banyak aplikasi dari data Landsat TM diantaranya untuk pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan tanah, pemetaan geologi, pemetaan suhu permukaan laut dan lain-lain. Landsat TM adalah satu-satunya satelit non-meteorologi yang mempunyai band inframerah termal.
Landsat-7 merupakan citra dengan resolusi spasial 30x30 m pada band 1, 2, 3, 4, 5, 7 dan 60x60 m pada band 6 (thermal). Landsat-7 dilengkapi dengan
Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+) yang merupakan kelanjutan dari program Thematic Mapper (TM) yang diusung sejak Landsat-5. Saluran pada satelit ini pada dasarnya adalah sama dengan 7 saluran pada TM, namun diperluas dengan saluran 8 yaitu Pankromatik. Saluran 8 ini merupakan saluran beresolusi tinggi yaitu seluas 15 meter.
Landsat-8 adalah satelit Landsat seri terbaru yang diluncurkan pada tanggal 11 Februari 2013. Satelit ini merupakan satelit kedelapan dalam program Landsat (ketujuh untuk berhasil mencapai orbit). Pada awalnya disebut
Landsat Data Continuity Mission (LDCM), adalah sebuah kolaborasi antara NASA dan Geological Survey Amerika Serikat (USGS). NASA menyediakan pengembangan rekayasa sistem misi dan akuisisi kendaraan peluncuran, sementara USGS disedikan untuk pengembangan sistem darat dan melakukan operasi misi terus-menerus. Landsat-8 direncanakan mempunyai durasi misi selama 5-10 tahun, dilengkapi dua sensor yang merupakan hasil pengembangan dari sensor yang terdapat pada satelit-satelit pada program Landsat sebelumnya. Kedua sensosr tersebut yaitu Sensor Operational Land Manager (OLI) yang terdiri dari 9 Band serta Sensor InfraRed Sensor (TIRS) yang terdiri dari 2 band.
Karakteristik Citra Satelit Landsat-7
Sistem Landsat-7
Orbit 705 km, 98,2 o , sun-synchronous, 10:00 AM
Crossing, Rotasi 16 hari (repeat cycle)
Sensor ETM+ (Enhanced Thematic Mapper)
Swath Width 185 km (FOV=15 o )
Off-track viewing Tidak tersedia
Revisit Time 16 hari
Resolusi spasial 15 m (pankromatik), 30 m (multispektral), 60 m (termal)
Karakteristik Citra Satelit Landsat-8
Sistem Landsat-7
Orbit 705 km, 98,2 o , sun-synchronous, 10:00 AM
Crossing, Rotasi 16 hari (repeat cycle)
Sensor Operating Land Imagery (OLI)
Swath Width 185 km (FOV=15 o )
Off-track viewing Tidak tersedia
Revisit Time 16 hari
Resolusi spasial 15 m (pankromatik), 30 m (multispektral), 100 m (termal)
Orbit
Worldwide Reference System-2 (WRS-2) path/row system
Sun-synchronous orbit at an altitude of 705 km (438 mi)
233 orbit cycle; covers the entire globe every 16 days (except for the highest polar latitudes)
Inclined 98.2° (slightly retrograde)
Circles the Earth every 98.9 minutes
Equatorial crossing time: 10:00 a.m. +/- 15 minutes
Sensors
Operational Land Imager (OLI)
Nine spectral bands, including a pan band:
Band 1 Visible (0.43 - 0.45 µm) 30 m
Band 2 Visible (0.450 - 0.51 µm) 30 m
Band 3 Visible (0.53 - 0.59 µm) 30 m
Band 4 Near-Infrared (0.64 - 0.67 µm) 30 m
Band 5 Near-Infrared (0.85 - 0.88 µm) 30 m
Band 6 SWIR 1(1.57 - 1.65 µm) 30 m
Band 7 SWIR 2 (2.11 - 2.29 µm) 30 m
Band 8 Panchromatic (PAN) (0.50 - 0.68 µm) 15 m
Band 9 Cirrus (1.36 - 1.38 µm) 30 m
Thermal Infrared Sensor (TIRS)
Two spectral bands:
Band 10 TIRS 1 (10.6 - 11.19 µm) 100 m
Band 11 TIRS 2 (11.5 - 12.51 µm) 100 m
Tugas Inderaja (Interpretasi Citra Visual)
Nama: Siti H Rumau
Nim :201464043
1. Vink
Menurut Lo (1976) terdapat enam tahap interpretasi citra menurut Vink yaitu sebagai berikut :
1. Deteksi, merupakan penyadapan data secara selektif atas obyek (tampak langsung) dan elemen (tak tampak langsung) dari citra.
2. Pengenalan dan identifikasi, setelah dilakukan deteksi maka obyek akan dikenali, diidentifikasi.
3. Analisis, yaitu suatu proses pemisahan dengan cara penarikan garis batas kelompok obyek atau elemen yang memiliki wujud yang sama.
4. Deduksi, proses ini dilakukan berdasarkan pada asas konvergensi bukti untuk prediksi terjadinya hubungan tertentu, dimana konvergensi bukti merupakan penggunaan bukti-bukti yang masing-masing saling mengarah pada satu titik simpul.
5. Klasifikasi, tujuan dilakukannya klasifikasi adalah untuk menyusun obyek dan elemen ke dalam sistem yang teratur.
6. Idealisasi, merupakan penggambaran hasil dari interpretasi tersebut.
Hasil interpretasi citra sangat bergantung atas penafsir citra dan tingkat referensinya. Tingkat referensi adalah seberapa luas dan seberapa dalam pengetahuan penafsir citra. Ada tiga tingkat referensi yaitu seperti dibawah ini :
a. Umum adalah pengetahuan umum penafsir citra tentang gejala dan proses yang diinterpretasi.
b. Lokal adalah pengetahuan penafsir citra terhadap daerah yang diinterpretasi.
c. Khusus adalah pengetahuan yang mendalam tentang proses dan gejala yang diinterpretasi.
2. Lo
Berdasarkan pada pendapat Vink maka Lo mengemukakan bahwa interpretasi citra dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Deteksi.
2. Merumuskan identitas obyek dan elemen berdasarkaan karakteristik foto (ukuran, bentuk, bayangan, rona, tekstur, pola dan situs).
3. Mencari arti melalui proses analisis dan deduksi.
4. Klasifikasi melalui serangkian keputusan, evaluasi, dan sebagainya berdasarkan kriteria yang ada.
5. Teorisasi yaitu menyusun teori atau menggunakan teori yang ada pada disiplin yang bersangkutan.
Pada dasarnya interpretasi citra terdiri dari dua proses yaitu proses perumusan identitas obyek dan elemen yang dideteksi pada citra, serta proses untuk menemukan arti pentingnya obyek dan elemen tersebut. Karakteristik foto seperti ukuran, bentuk, bayangan dan sebagainya digunakan untuk identifikasi obyek, sedangkan analisis dan deduksi digunakan untuk menemukan hubungan dalam proses yang kedua. Proses tersebut menghasilkan sebuah klasifikasi dalam upaya menyajikan sejenis keteraturan dan kaitan antara informasi kualitatif yang diperoleh. Klasifikasi tersebut menuju kearah teorisasi yang artinya penyusunan teori berdasarkan penelitian yang bersangkutan atau penggunaan teori yang ada sebagai dasar analisis dan penarikan kesimpulan didalam penelitian itu. Maka interpretasi citra pada dasarnya berupa proses klasifikasi yang bertujuan untuk memasukkan gambaran pada citra ke dalam kelompok yang tepat sehingga diperoleh pola dan hubungan yang saling berkaitan.
3. Roscoe
Roscoe (1960) menyatakan bahwa interpretasi citra meliputi serangkaian proses yang berupa :
1. Interpretasi awal,
2. Pembuatan peta kerja,
3. Pekerjaan medan,
4. Tinjauan kembali atas masalah dan metode,
5. Interpretasi akhir,
6. Kesimpulan dan uji medan,
7. Penyajian akhir.
Pada interpretasi awal dilakukan interpretasi dari citra berskala kecil ke arah yang skalanya lebih besar, dari pola umum ke wujud individual, dari obyek yang mudah dikenal hingga ke arah yang lebih sukar dikenal. Setelah diamati pola umumnya, kemudian dikaji secara rinci unsur-unsur yang membentuk pola tersebut. Hasil interpretasi awal ini diwujudkan dalam peta kerja.
Dengan menggunakan peta kerja dan citra yang lebih diinterpretasi, pekerjaan medan dapat dilakukan lebih efisien, terarah lebih baik, serta pelaksanaanya lebih singkat. Kadang – kadang di medan juga dilakukan interpretasi citra untuk mengembangkan informasi baru yang diperoleh dengan pengamatan langsung.
Tinjauan atas masalah dan metode yang dipilih untuk pemecahan masalah perlu dilaksanakan untuk menyimpulkan apakah ia akan tetap pada masalah yang telah dirumuskan dan metode yang dipilih. Kemudian dilakukan interpretasi akhir, penarikan kesimpulan, dan penyusunan kerangka laporan. Sebelum menulis laporan, lebih baik datang sekali lagi ke daerah penelitian untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang timbul pada interpretasi akhir.
Penyajian hasil interpretasi dapat dilakukan dengan menyajikan gambaran dalam kaitan spasial yang jelas dan dapat digunakan foto udara serta citra lainnya yang diberi notasi, mosaik foto, dan peta. Disamping itu, informasi yang terkumpul juga dapat menjadi kunci interpretasi citra.
4. Umali
Umali (1983) memaparkan tiga tahap menginterpretasi citra Landsat yaitu :
1. Analisis citra
Penafsiran citra dimulai dengan mendeteksi rona atau warna pada citra dengan menarik garis batas bagi kelompok wujud yang rona atau warnanya sama dan memisahkannya dari yang lain.
2. Interpretasi citra
Pengenalan jenis obyek dilakukan dengan menggunakan unsur spasial seperti ukuran, bentuk, tekstur, bayangan, dan situsnya. Obyek yang tergambar pada citra tidak hanya dikenali jenisnya, melainkan juga dikaji polanya atau susunan keruangannya. Pola tersebut antara lain berupa pola bentuk lahan, pola bentang budaya, pola aliran, dan pola penggunaan lahan.
3. Interpretasi disipliner terinci
Jenis dan pola obyek yang tergambar pada citra diinterpretasi arti pentingnya sesuai dengan tujuan interpretasinya misalnya untuk geologi, penggunaan lahan, sumberdaya akuatik, lingkungan, dan hidrologi.
5. Estes et al
Estes et al (1983) memaknai analisis citra sebagai keseluruhan pekerjaan interpretasi citra. Estes et al mengemukakan suatu paradigma analisis citra secara manual atau visual dan digital.
Pekerjaan analisis citra meliputi tiga yaitu :
1) deteksi dan identifikasi
2) pengukuran
3) pemecahan masalah
Mula-mula dilakukan deteksi obyek penting yang tergambar pada citra, kemudian obyek tersebut
diukur dengan cara manual atau menggunakan instrumen. Pengukuran ini dilakukan atas rona atau warna, bentuk, luas, lereng, bayangan, terkstur, atau aspek lainnya. Pengukuran ini penting dalam upaya pemecahan masalah yang dapat beraneka bentuknya, antara lain berupa pengenalan obyek melalui pengamatan obyek lain atau pengenalan kompleks obyek berdasarkan obyek satu persatu, pemecahan masalah juga berarti penggunaan yang tepat data yang telah diperoleh dari citra penginderaan jauh.
Baik dengan cara manual maupun digital, cara analisisnya berdasarkan pada unsur interpretasi citra, yang dalam hal ini dilakukan analisis yang aturannya berbeda bagi cara manual dan cara yang bersifat mempermudah dan atau mempertinggi hasil analisisnya.
Analisis citra secara manual pada dasarnya merupakan proses deduktif. Penarikan kesimpulan didasarkan atas apa yang telah diketahui atau sesuatu yang kebenarannya telah diterima secara umum. Di samping itu, obyek yang mudah dikenali pada citra bersifat mengarahkan ke pengenalan obyek lainnya. Di dalam menyimpulkan jenis obyek atau kondisi suatu daerah yang tergambar pada citra, digunakan lebih dari satu unsur yang masing-masing mengarah ke satu kesimpulan, tidak ada yang bertentangan. Asas inilah yang disebut konvergensi bukti (converging evidence, convergence of evidence).