Minggu, 08 Oktober 2017

MATERI PEMETAAN SUMBERDAYA LAUT (MATERI II)


SKALA DAN PROYEKSI
Skala
Skala Peta merupakan komponen peta yang sangat penting karena dengan skala peta kita dapat mengetahui jarak antara dua tempat.

Skala Peta adalah perbandingan antara jarak di peta dengan jarak sebenarnya dipermukaan bumi.

Contoh:
Pada peta tertulis skala 1 : 1.000.000 ini berarti tiap jarak 1 bagian di peta sama dengan jarak 1.000.000 bagian di muka bumi.
Jadi kalau di peta itu 1 bagian = 1 cm maka di muka bumi = 10 Km.
Ukuran jarak yang digunakan dalam peta yaitu cm, m, km, inci dan mil. Untuk Indonesia satuan yang umum dipakai cm, m, atau km.

BENTUK ATAU MACAM SKALA PETA

Setiap peta hendaknya mencantumkan skalanya agar pembaca dapat menghitung dan memperkirakan perbesaran pada keadaan yang sebenarnya.

Skala Peta dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1.   Skala Angka/Skala Pecahan (Numerical Scale).
Skala ini sering disebut skala numeric yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk perbandingan angka.
Contoh:
Skala 1 : 100.000, skala 1 : 2.000.000 dan sebagainya Bila peta berskala 1 : 100.000 berarti tiap satuan panjang pada peta menggambarkan jarak yang sesungguhnya di lapangan/ di muka bumi sebenarnya 100.000 kali satu satuan panjang di peta. Bila satuan panjang menggunakan cm berarti tiap jarak 1 cm pada peta menggambarkan jarak
100.000 di lapangan.
Contoh negara yang menggunakan sistem skala angka ini adalah Indonesia dan Amerika

Serikat. Untuk menentukan skala peta ini dapat dipakai rumus:


2.   Skala Verbal yaitu skala yang dinyatakan dengan kalimat atau kata-kata.
Skala ini disebut juga skala inci dibanding mil yang dalam bahasa Inggris disebut Inch Mile Scale”.
Contoh:
Skala dalam suatu peta dinyatakan dalam 1 inch to 5 miles, ini berarti jarak 1 inci di peta menggambarkan jarak 5 mil di lapangan atau jarak sebenarnya.

3.   Skala Garis (Line Scale)/Skala Grafik (Graphical Scale) / Skala Batang (Bar Scale)/ Skala Jalan (Road Scale)
Untuk skala ini dinyatakan dalam bentuk garis lurus yang terbagi dalam beberapa bagian yang sama panjangnya.
Pada garis tersebut harus dicantumkan ukuran jarak yang sesungguhnya di lapangan, misalnya dalam meter, kilometer, feet atau mil.


Dari grafik tersebut dapat dibaca bahwa tiap jarak 1 inci pada peta sama dengan 2 mil di lapangan. Skala garis ini pada umumnya digunakan apabila suatu peta akan dikecilkan atau akan dibuat ukuran tertentu. Dengan memakai skala grafik/garis maka jarak dua tempat dapat langsung diukur dalam peta. Tidak jarang dalam satu peta dicantumkan skala angka dan juga skala garis.

Sampai disini apakah Anda dapat memahami? Selanjutnya, dalam pembahasan skala peta yang harus Anda ingat adalah semakin besar skalanya, akan semakin kecil kenampakkan wilayah yang digambarkan. Sebaliknya semakin kecil skalanya semakin luas areal kenampakkan permukaan bumi yang yang tergambar dalam peta.Untuk memahami skala termasuk besar atau kecil dapat dicontohkan sebagai berikut:

-    Skala 1 : 50.000
lebih besar dari
1 : 100.000
-    Skala 1 : 200.000
lebih besar dari
1 : 2.000.000
-    Skala 1 : 250.000
lebih kecil dari
1 : 50.000



MERUBAH SKALA PETA
Perlu Anda pahami juga bahwa jenis skala peta yang ada dapat diubah sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Lalu bagaimana cara merubahnya?Untuk merubah skala peta ada beberapa cara seperti:


1.      Mengubah skala angka ke skala grafik

Contoh:
Dalam peta tertulis skala 1 : 300.000, ubahlah ke dalam skala grafik atau garis.

Penyelesaian:
Skala 1 : 300.000 berarti 1 bagian di peta menunjukkan 300.000 bagian di lapangan. Apabila dibuat dalam cm, maka 1 cm di peta = 300.000 cm di lapangan. Bila dibuat skala grafiknya berarti tiap-tiap cm atau dalam satu kotak nilainya 300.000 cm atau 3 km.
Bila digambarkan skala grafiknya sebagai berikut:


2.   Mengubah skala garis menjadi skala angka

Contoh:
Skala garis digambarkan seperti di bawah ini, ubahlah menjadi skala angka!


Penyelesaian:
Pada peta dengan skala ini berarti tiap panjang garis (kotak) menggambarkan 2 km di lapangan sehingga apabila tiap kotak antara 0 –. 2 – 4 dan 4 – 6 masing-masing jika diukur = 2 cm maka:
2 cm   =  2 km
1 cm   =  1 km
1 cm   =  100.000 cm
Sehingga skala angkanya menjadi 1 : 100.000

3.   Mengubah skala angka menjadi skala inci - mil

Contoh:
Skala angka 1 : 500.000, ubahlah menjadi skala inci-mil


4.   Mengubah skala grafik menjadi skala mil-inci

Contoh:
Jika diketahui grafik sepanjang 5 cm menunjukkan jarak 10 mil di lapangan, ubahlah menjadi skala angka dan inci-mil





5.   Mengubah skala dengan sistem grid bujur sangkar (Gridsquare)

Sistem grid bujur sangkar disebut juga metode Union Jack
Contoh:
Peta dengan skala 1 : 200.000 ubahlah menjadi peta berskala 1 : 100.000



Bila digambarkan bentuk petanya sebagai berikut:


CARA MENENTUKAN SKALA PETA


Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menjumpai peta yang tidak ada skalanya, padahal mungkin kita membutuhkannya. Apabila Anda mengalami kejadian ini maka cara menentukan skala peta dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.      Membandingkan dua jarak tempat di peta dengan jarak kedua tempat di lapangan

Contoh:
Jarak antara Jakarta dan Bekasi di lapangan 20 km (2.000.000 cm). Di peta jarak keduanya
50 cm. Tentukan skala petanya!


-    Ukur jarak 2 tempat yang diketahui dalam kedua peta itu.
Peta I  = jarak A B = 20 cm
Peta II = jarak A B = 4 cm

-    Pada peta I jarak A  B dilapangan:
= 2  x 50.000  cm = 100.000 cm

-    Pada peta I jarak   AB
=
20x
x cm
=
20x cm
20x
=
200.000 cm
x
=
10.000 cm

Jadi skala peta I = 1 : 10.000

Dari penyelesaian contoh soal tersebut dapat dibuat kesimpulan rumusan sebagai berikut:



1.      Membandingkan kenampakan-kenampakan dalam peta yang sudah pasti ukurannya.


Contoh:
Dalam peta terdapat lapangan sepak bola panjang lapangan 100 meter = 10.000 cm. Jadi skala lapangan sepak bola tersebut 1 : 10.000
2.      Menentukan dua titik di peta yang belum ada skalanya (peta x) misalnya titik A B
dengan arah Utara - Selatan.

Setelah itu menghitung jarak dua titik dan selisih derajat garis lintangnya. Perlu Anda ingat bahwa jarak tiap 10 garis lintang = 111 km dan  10  = 60 detik
Contoh:
Jarak A - B di peta x = 50 cm Selisih garis lintangnya = 30 detik Berapa skala peta x?



1.      Pada peta Topografi (peta Kontur) di Indonesia berlaku rumus:



CI (Contour Interval ) adalah selisih ketinggian antara dua garis kontur yang dinyatakan dalam meter. Contour Interval sering disebut jarak antara garis kontur. Garis Kontur yaitu garis-garis pada peta yang menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian yang sama dari permukaan air laut.
                      
Perhitungan CI misalnya:
Pada peta kontur Indonesia yang berskala 1 : 100.000, berapakah CI nya?





Apabila Anda ingin mengukur jarak pada peta baik lurus atau berbelok-belok, lakukanlah hal-hal berikut:

a.   Gunakan seutas benang yang agak besar (misal: benang kasur)
b Berilah tanda pada peta di bagian yang diukur.
c.   Ukurlah dengan benang yang sudah dipersiapkan.
d.  Tekuklah benang mengikuti jarak obyek yang diukur, seperti jalan yang berbelok, benang juga harus ikut dibelokkan.
e Jarak yang diukur pada peta misalnya 50 cm (antara kota A dengan kota B).
f.  Sesuaikan dengan skala garis misalnya skala yang ada 1 : 50.000, maka jarak antara kota A dan B dilapangan = 50 cm  x 50.000 = 2.500.000 cm = 25 km.



BENTUK GEODESI BENTUK BUMI


Geodesi merupakan salah satu cabang ilmu matematika untuk pengukuran bentuk dan ukuran bumi, menentukan posisi (koordinat) titik-titik panjang, arah-arah garis di permukaan bumi, juga mempelajari gravitasi bumi.


GEOID BUMI
Bidang ekuipotensial bumi yang dianggap berhimpit dengan permukaan air laut rata rata. Untuk mengetahui bidang geoid diperlukan pengukuran gaya berat. Saat ini digunakan beberapa pendekatan model geoid secara global diantaranya EGM 96, EGM 2008 , dll. Namun di Indonesia model global tersebut masih memilki ketelitian yang cukup rendah ( kurang lebih 1 meter ), karena masih relative sedikit lokasi pengukuran gaya berat di Indonesia. Geoid disebut sebagai model bumi yang mendekati sesungguhnya. Lebih jauh geoid dapat didefinisikan sebagai bidang ekipotensial yang berimpit dengan permukaan laut pada saat keadaan tenang dan tanpa gangguan , karena itu secara praktis geoid dianggap berhimpit dengan permukaan laut rata-rata (Mean sea level-MSL). Jarak geoid terhadap ellipsoid disebut Undulasi geoid (N). Nilai dari undulasi geoid tidak sama di semua tempat, hal ini disebabkan ketidakseragaman sebaran densitas massa bumi. Untuk keperluan aplikasi geodesi, geofisika dan oseanografi dibutuhkan geoid dengan ketelitian yang cukup tinggi.


BENTUK BUMI
Datu geodesi,   proyeksi   peta dan   system-sistem    referensi   koordinat   yan telah dikembangkan sejak dulu digunakan untuk mendeskripsikan bentuk permukaan bumi beserta posisi dan lokasi geografi dari unsure-unsur permukaan bumi yang menarik bagi manusia.

Bentuk bumi yang telah dianut oleh manusia telah berevolusi dari abad keabad, antara lain:
a)      Tiram atau cakram yang terapung di permukaan laut, menurut bangsa Babilon pada 2500 tahun SM
b)      Lempeng dasar, bangsa Yunani kuno pada 500 SM
c)      Kotak persegi panjang, geograf Yunani kuno pada 400 SM
d)      Piringan lingkaran atau cakram (bangsa Romawi)
e)       Bola - bangsa Yunani kuno: Phytagoras (495 SM), aristotheles membuktikannya (340 SM), Archimides (250 SM), dan Erastosthenes (250 SM)
f)       Buah jeruk asam (J. Cassini 1683-1718)
g)      Buah jeruk manis Huygens (1629-1695), dan Issac Newton (1643 1727)
h)      Ellips putas- French academy of science (1666)

Salah satu tugas geodesi geometris adalah menentukan koordinat titik-titik, jarak, dan arah di permukaan bumi untuk keperluan praktis maupun ilmiah. Untuk itu diperlukan adanya bidang hitungan. Permukaan bumi merupakan permukaan sangat tidak teratur. Oleh karena itu, permukaan ini tidak dapat digunakan sebagai bidang hitungan geodesi.
Untuk  kebutuhan  perhitungan  geodesi,  permukaan  bumdiganti  dengan  permukaan  yang teratur  dengan  bentuk  dan  ukuran  yang  mendekati  bumi.  Permukaan  yang  dipilih  adalah bidang permukaan yang mendekati bentuk dan ukuran geoid. Geoid memiliki bentuk yang sangat  mendekati  ellips  putar  dengan  sumbu  pendek  sebagai  sumbu  putar  yang  berimpit dengan  sumbu  putar  bumi.  Ellipsoid  digunakan  sebagai  bidang  hitungan  geodesi,  yang kemudian disebut sebagai ellipsoid referensi. Ellipsoid referensi biasanya didefinisikan oleh nilai-nilai jari-jari equator (a) dan pegepengan (b) elips putarnya. Sedangkan parameter seperti setengah sumbu pendek( c), eksentrisitas (d), dan lainnya dihitung dengan menggunakan ke dua nilai parameter pertama diatas. Tiap Negara memiliki pandangan berbeda ttg parameter- parameter  ini. Indonesia  pada 1860 menggunakan  ellips Bessel 1841 dengan a=6,377,397; dan  1/f  =  299.15.  tetapi  sejak  1971  menggunakan  Ellips  GRS-67  dengan  a=6,378,160;
1/f=298.247.


DATUM GEODESI

Untuk pekerjaan geodesi, selain ellipsoid referensi, diperlukan juga suatu datum yang mendefinisikan system koordinat. Datum secara umum merupakan besaran-besaran atau konstanta yang dapat bertindak sebagai referensi atau dasar untuk hitungan besaran yang lain. Datugeodesi  merupakan  sekumpulan  konstanta  yang  digunakan  untuk  mendefinisikan system  koordinat  yang  digunakan  untuk  control  geodesi.  Untuk  mendefinisikan  datum geodesi yang lengkap diperlukan 8 besaran:
(a) tiga konstanta (X0, Y0, Z0) untuk mendefinisikan titik awal sistem koordinat, (b) tiga besaran untuk menentukan arah sistem koordinat, dan
(c) dua besaran lainnya ( setengah sumbu a, dan pegepengan f) untuk mendefinisikan ellpsoid.


Gambar Datum Geodesi

Datum Lokal
Datum lokal adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang dipilih sedekat mungkin dengan bentuk geoid lokal (tidak luas) yang dipetakan - datumnya menggunakan ellipsoid  lokal.  Indonesia  (1862-1880)  telah  melakukan  penentuan  posisi  di  pulau  jawa dengan metode triangulasi. Penentuan posisi ini menggunakan ellipsoid Bessel 1841, sebagai ellipsoid  referensi,  meridian  Jakarta  sebagai  meridian  nol, dan titik  awal (lintang)  beserta sudut  azimutnya  diambil  dari  triangulasi  di  puncak  gunung  Genoek  (dikenal  sbg  datum Gonoek).

Tahun 1970-an, untuk keperluan pemetaan rupa bumi pulau Sumatera, BAKOSURTANAL menggunakan  datum  baru,  datuIndonesia  1974  (Padang),  yang  menggunakan  ellipsoid GRS-67 (a= 6,378,160.00; 1/f = 298.247), dikenal sebagai SNI (Speroid National Indonesia). Untuk  menentukan  orientasi  SNI  di  dalam  ruang,  ditetapkan  suatu  datum  relatif  dengan eksentris (stasiun Doppler) BP-A (1884) di Padang sebagai titik datum SNI.

Pada tahun 1996 ditetapkan penggunaan datum baru, DGN-95, untuk seluruh kegiatan survey dan pemetaan di wilayah RI yang dituangkan  dalam SK Bakosurtanal  HK.02.04/II/KA/96. DGN-95 memiliki parameter ellipsiod a= 6.378.137,00 dan 1/f=298,257223563.

Datum Regional

Datum  regional  adalah  datugeodesi  yang  menggunakan  ellipsoid  referensi  yang  dipilih sedekamungkin  dengan bentuk geoid untuk area yang relatif luas (regional)   datumnya menggunakan  ellipsoid regional. Datum ini digunakan bersama oleh beberapa negara yang berdekatan  dalam satu benua yang sama. Contoh datum regional:
·         Amerika Utara 1983 (NAD83) digunakan bersama oleh negara-negara yang terletak di benua Amerika bagian utara
·         European  datum 1989 (ED89) yang digunakan  oleh negara-negara  yang terletak  di benua eropa,
·          Australian  Geodetic Datum 1998 (AAGD98) yang digunakan bersama oleh negara-negara yang terletak dibenua Australia


 Datum Global
Datum  global  adalah  datum  geodesi  yang  menggunakan  ellipsoid  referensi  yang  dipilih sedeka mungkin   dengan   bentuk   geoid   untu seluruh   permukaan   bum –   datumnya menggunakan ellipsoid global. Contohnya, 1984 departemen pertahanan amerika (DoD) mempublikasikan  datum WGS84. Datum ini dikembangkan  oleh DMA (Defense  Mapping Agency) merepresentasikan pemodelan bumi dari standpoint gravitasional, geodetik, dan geometrik dengan menggunakan data teknik, dan teknologi yang sudah ada.


Catatan:
(a) sumbu Z : mengarah ke kutub utara CTP (Convensional terrestrial pole) sebagaimana telah didefinisikan oleh BIH (Bureau International de LHeure)
(b) Sumbu X: merupakan  garis berpotongan  antara bidang meridian referensi WGS 84 dengan bidang ekuator CTP (convensional Terrestrial System).
(c) Sumbu Y: sumbu X yang diputar 90o ke arah timur di bidang equator CTP

Demikian pentingnya datum global WGS84 ini hingga GPS-pun menggunakannya sebagai datum untuk menentukan posisi-posisi tiga dimensi dari target-target yang ditentukan.


Transformasi Datum
Pada gambar dibawah ini menunjukkabahwa permukaan local ellipsoid (yang digunakan oleh datum local) mendekati  bentuk  geoid  hanya  di  daerah  survey  yang  relative  sempit.  Jika  ellipsoid  ini diperbesar  sehingga  bentuk  permukaannya  mendekati  geoid  yang  lebih  luas,  mencakup beberapa Negara, bahkan satu benua, disebut datum regional.  Sedangkan  jika ellipsiodnya mendekati  bentuk  geoid  secara  keseluruhan  permukaan  bumi,  maka  ellipsoidnya  disebut sebagai datum global.


Gambar Datum lokal dan global

Untuk keperluan survey geodesi yang lebih luas, seperti penentuan batas-batas antara negara- negara yang bersebelahan, maka diperlukan datum bersama. Jika negara-negara ybs masing- masing  menggunakan  datum  lokal  yang  berbeda,  maka  masing-masing  harus ditransformasikan ke datum yang sama.
Prinsip transformasi datum adalah pengamatan pada titik-titik yang sama. Selanjutnya, titik- titik sekutu ini memiliki koordinat-koordinat dalam berbagai datum. Dari koordinat-koordinat ini dapat diketahui hubungan matematis antara datum-datum ybs. Hubungan matematis antara datum ini dapat dinyatakan dengan 7 parameter transformasi sbb: Translasi titik asal (origin) dx, dy, dz; rotasi sumbu koordinat rx, ry, rz, dan skala S.





Datum Horizontal
Ellipsoid referensi yang paling sering digunakan sebagai bidang untuk penentuan posisi horizontal (lintang dan bujur), yang datumnya dikenal sebagai datum horizontal. Koordinat posisi horizontal  ini beserta tingginya  di atas permukaan  ellipsoid  dapat dikonversikan  ke sistem koordinat kartesian 3D yang mengacu pada sumbu-sumbu ellipsoid ybs.

Datum vertikal
Untuk mempresentasikan informasi ketinggian atau kedalaman, sering digunakan datum yang berbeda. Pada peta laut umumnya dgunakan suatu bidang permukaan air rendah (chart datum) sebagai bidang referensi, sehingga nilai-nilai kedalaman yang direpresentasikan oleh peta laut ini mengacu pada pasut  rendah (low tide).



SISTEM REFERENSI GEODESI
Agar hasil pengamatan di bidang geodesi dapat saling dibandingkan, dikaitkan, digunakan, atau mendukung hasil-hasil pengamatan di bidang atau disiplin ilmu lainnya (astronomi, geofisika), maka dibuatlah suatu sistem referensi geodesi  (Geidetic Reference System - GRS).


PROYEKSI PETA
a.       Konsep proyeksi peta

Teknik proyeksi ini juga berlaku untuk memindahkan letak titik-titik pada permukaan bumi ke bidang datar yag dinamakan PROYEKSI PETA.

Secara khusus pengertian dari proyeksi peta adalah cara memindahkan sistem paralel (garis lintang) dan meridian (garis bujur) berbentuk bola (Globe) ke bidang datar (peta). Hasil pemindahan dari globe ke bidang datar ini akan menjadi peta.Pemindahan dari globe ke bidang datar harus diusahakan akurat. Agar kesalahan diperkecil sampai tidak ada kesalahan maka proses pemindahan harus memperhatikan syarat-syarat di bawah ini:

1.      Bentuk-bentuk di permukaan bumi tidak mengalami perubahan (harus tetap), persis seperti pada gambar peta di globe bumi.
2.      Luas permukaan yang diubah harus tetap.
3.      Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan bumi yang diubah harus tetap.

Di dalam proses pembuatan peta untuk dapat memenuhi ketiga syarat di atas sekaligus adalah suatu hal yang tidak mungkin. Bahkan untuk dapat memenuhi satu syarat saja untuk seluruh bola dunia juga merupakan hal yang tidak mungkin, yang bisa dipenuhi hanyalah satu saja dari syarat-syarat di atas dan ini hanya untuk sebagian kecil dari muka bumi.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dalam membuat peta kita hanya dapat menggambar beberapa bagian permukaan bumi. Untuk dapat membuat peta yang meliputi wilayah yang lebih luas atau bahkan seluruh permukaan bumi. Untuk dapat membuat peta yang meliputi wilayah yang lebih luas atau bahkan seluruh permukaan bumi kita harus mengadakan kompromi antara ketiga syarat di atas. Sebagian dampak kompromi tersebut, keluarlah bermacam-macam jenis proyeksi peta. Masing-masing proyeksi mempunyai kelebihan dan kelemahan sesuai dengan tujuan peta dan bagian mukabumi yang digambarkan.

Bila diminta untuk memetakan seluruh permukaan bumi, maka Anda dituntut harus tepat dalam memilih proyeksi yang digunakan. Pemilihan proyeksi tergantung pada:
·         Bentuk, luas dan letak daerah yang dipetakan.
·         Ciri-ciri tertentu atau ciri asli yang akan dipertahankan.

Sekarang perhatikan terlebih dahulu gambar berikut ini!




Pada gambar 03.3 anda dapat melihat perubahan bentuk dari segi empat pada globe:




Sebagai akibatnya dapat dilihat pada gambar 03.4 berikut ini


Pada gambar 03.4 bagian tengah globe yaitu daerah sekitar garis khatulistiwa sedikit mengalami distorsi (penyimpangan) sedangkan daerah kutub mengalami distorsi yaitu menjadi lebih besar.
                     
Proyeksi ini cocok untuk mempertahankan bentuk sekitar khatulistiwa.


Titik singgung antara permukaan bola bumi dan bidang datar dapat terletak pada kutub, ekuator atau antara kutub dan ekuator.

Misalnya Anda akan memproyeksikan garis-garis meridian dan garis-garis lintang. Jika titik singgung antara bidang datar dan permukaan bola bumi terletak di kutub utara, setelah diproyeksikan garis lintang akan taampak sebagai lingkaran konsentris yang mengelilingi kutub. Garis meridian akan tampak sebagai garis lurus yang berpusat di kutub dengan sudut yang sama.
                                                             



Perhatikan gambar berikut



Pada gambar 03.6 Anda dapat melihat perubahan bentuk pada garis lingkaran terluar. Garis tersebut lebih besar dari garis di globe. Jadi paling banyak mengalami distorsi. Pada bagian kutub relatif tidak mengalami perubahan atau distorsi, jadi hampir mendekati kesesuaian. Proyeksi ini cocok untuk mempertahankan bentuk sekitar kutub.
                               



Macam-macam proyeksi peta
1.   Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan
a.   Proyeksi Ekuivalen adalah luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala.
b Proyeksi Konform artinya bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan bentuk aslinya.
c.   Proyeksi Ekuidistan artinya jarak-jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi setelah dikalikan skala.

2.   Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetris
a.   Proyeksi Normal, apabila sumbu simetrisnya berhimpit dengan sumbu bumi.
b Proyeksi Miring, apabila sumbu simetrinya membentuk sudut terhadap sumbu bumi. c.   Proyeksi Transversal, apabila sumbu simetrinya tegak lurus pada sumbu bumi atau
terletak di bidang ekuator. Proyeksi ini disebut juga Proyeksi ekuatorial.

3.   Berdasarkan bidang asal proyeksi yang digunakan
a.      Proyeksi Zenithal (Azimuthal), adalah proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik.
Untuk memperjelas silahkan perhatikan lagi gambar 03.5.
Proyeksi ini menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub pada titik pusat proyeksi.

Ciri-ciri Proyeksi Azimuthal:
a.       Garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub.
b.      Garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi kutub.
c.       Sudut antara garis bujur yang satu dengan lainnya pada peta besarnya sama.
d.      Seluruh permukaan bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk lingkaran.

Proyeksi Azimuthal dibedakan 3 macam, yaitu:
a.       Proyeksi Azimut Normal yaitu bidang proyeksinya menyinggung kutub.
b.      Proyeksi Azimut Transversal yaitu bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator.
c.       Proyeksi Azimut Oblique yaitu bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat
            antara kutub dan ekuator.
 Pada gambar 03.6 Anda dapat melihat perubahan bentuk pada garis lingkaran terluar. Garis tersebut lebih besar dari garis di globe. Jadi paling banyak mengalami distorsi. Pada bagian kutub relatif tidak mengalami perubahan atau distorsi, jadi hampir mendekati kesesuaian. Proyeksi ini cocok untuk mempertahankan bentuk sekitar kutub.
                               



Macam-macam proyeksi peta
1.   Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan
a.   Proyeksi Ekuivalen adalah luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala.
b Proyeksi Konform artinya bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan bentuk aslinya.
c.   Proyeksi Ekuidistan artinya jarak-jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi setelah dikalikan skala.

2.   Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetris
a.   Proyeksi Normal, apabila sumbu simetrisnya berhimpit dengan sumbu bumi.
b Proyeksi Miring, apabila sumbu simetrinya membentuk sudut terhadap sumbu bumi. c.   Proyeksi Transversal, apabila sumbu simetrinya tegak lurus pada sumbu bumi atau
terletak di bidang ekuator. Proyeksi ini disebut juga Proyeksi ekuatorial.

3.   Berdasarkan bidang asal proyeksi yang digunakan
a.      Proyeksi Zenithal (Azimuthal), adalah proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik.
Untuk memperjelas silahkan perhatikan lagi gambar 03.5.
Proyeksi ini menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub pada titik pusat proyeksi.

Ciri-ciri Proyeksi Azimuthal:
a.       Garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub.
b.      Garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi kutub.
c.       Sudut antara garis bujur yang satu dengan lainnya pada peta besarnya sama.
d.      Seluruh permukaan bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk lingkaran.

Proyeksi Azimuthal dibedakan 3 macam, yaitu:
a.       Proyeksi Azimut Normal yaitu bidang proyeksinya menyinggung kutub.
b.      Proyeksi Azimut Transversal yaitu bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator.
c.       Proyeksi Azimut Oblique yaitu bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat
            antara kutub dan ekuator.


Khusus proyeksi Azimut Normal cocok untuk memproyeksi daerah kutub.
Perhatikan gambar berikut ini


Karena proyeksi Azimuthal paling tepat untuk menggambarkan kutub, maka penggambaran kutub melalui proyeksi ini dibedakan menjadi 3 macam yaitu:


1.      Proyeksi Gnomonik
Pada proyeksi ini pusat proyeksi terapat di titik pusat bola bumi. Ekuator tergambar hingga tak terbatas. Lingkaran paralel berubah ke arah luar mengalami pembesaran yang cepat dan ekuator tidak mampu digambarkan karena pembesaran tak terhingga tadi. Pada daerah lintang 45 akan mengalami pembesaran 3 kali.


1.      Proyeksi Azimuthal Stereografik
Titik sumber proyeksi di kutub berlawanan dengan titik singgung bidang proyeksi dengan kutub bola bumi. Jadi jarak antara lingkaran paralel tergambar semakin membesar ke arah luar.

Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini


1.      Proyeksi Azimuthal Orthografik
Proyeksi ini menggunakan titik yang letaknya tak terhingga sebagai titik sumber proyeksi. Akibatnya sinar proyeksinya sejajar dengan sumbu bumi.

Lingkaran paralel akan diproyeksikan dengan keliling yang benar atau ekuidistan. Jarak antara lingkaran garis lintang akan semakin mengecil bila semakin jauh dari pusat.


 Proyeksi Kerucut (Conical Projection), Proyeksi Kerucut yaitu pemindahan garis- garis meridian dan paralel dari suatu globe ke sebuah kerucut.
Untuk proyeksi normalnya cocok untuk memproyeksikan daerah lintang tengah (miring). Proyeksi ini memiliki paralel melingkar dengan meridian berbentuk jari-jari. Paralel berwujud garis lingkaran sedangkan bujur berupa jari-jari.
                                     
Perhatikan Gambar berikut ini



Proyeksi kerucut diperoleh dengan memproyeksikan globe pada kerucut yang menyinggung atau memotong globe kemudian di buka, sehingga bentangnya ditentukan oleh sudut puncaknya. Proyeksi ini paling tepat untuk menggambar daerah daerah di lintang 450.

Proyeksi kerucut dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1.      Proyeksi kerucut normal atau standar
Jika garis singgung bidang kerucut pada bola bumi terletak pada suatu paralel (Paralel   Standar).

2.       Proyeksi Kerucut Transversal
Jika kedudukan sumbu kerucut terhadap sumbu bumi tegak lurus.
3.       Proyeksi Kerucut Oblique (Miring)
Jika sumbu kerucut terhadap sumbu bumi terbentuk miring


Dari gambar tersebut dapat dikemukakan ciri-ciri proyeksi kerucut antara lain:
1.      Semua garis bujur merupakan garis lurus dan berkonvergensi di kutub.
2.      Garis lintang merupakan suatu busur lingkaran yang konsentris dengan titik pusatnya adalah salah satu kutub bumi.
3.      Tidak dapat menggambarkan seluruh permukaan bumi karena salah satu kutub bumi tidak dapat digambarkan.
4.      Seluruh proyeksi tidak merupakan satu lingkaran sempurna, sehingga baik untuk menggambarkan daerah lintang rendah.

c. Proyeksi Silinder atau Tabung

Proyeksi Silinder adalah suatu proyeksi permukaan bola bumi yang bidang proyeksinya berbentuk silinder dan menyinggung bola bumi.

Apabila pada proyeksi ini bidang silinder menyinggung khatulistiwa, maka semua garis paralel merupakan garis horizontal dan semua garis meridian merupakan garis lurus vertikal.

Perhatikan gambar-gambar berikut ini


Penggunaan proyeksi silinder mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
1.   Dapat menggambarkan daerah yang luas.
2.   Dapat menggambarkan daerah sekitar khatulistiwa.
3.   Daerah kutub yang berupa titik digambarkan seperti garis lurus.
4.   Makin mendekati kutub, makin luas wilayahnya.
                      
Jadi keuntungan proyeksi ini yaitu cocok untuk menggambarkan daerah ekuator, karena ke arah kutub terjadi pemekaran garis lintang.

Proyeksi Azimuthal,proyeksi kerucut (conical) dan proyeksi silinder (cylindrical) termasuk kelompok proyeksi murni. Penggunaan jenis proyeksi-proyeksi murni ini sangat terbatas.

Nah sampai di sini apakah Anda telah memahami uraian di atas? Bila belum ulangi sekali lagi membaca uraian materi di atas dan cobalah menggambarkan setiap jenis proyeksi.

d. Proyeksi Gubahan (Proyeksi Arbitrary)
 Proyeksi-proyeksi ini dipergunakan untuk menggambarkan peta-peta yang kita jumpai sehari-hari, merupakan proyeksi atau rangka peta yang diperoleh secara perhitungan.

Contoh-contoh proyeksi gubahan antara lain:
1.      Proyeksi Bonne (Equal Area)
Sifat-sifatnya sama luas. Sudut dan jarak benar pada meridian tengah dan pada paralel standar. Semakin jauh dari meridian tengah, bentuk menjadi sangat terganggu. Baik untuk menggambarkan Asia yang letaknya di sekitar khatulistiwa.



1.      Proyeksi Sinusoidal
Pada proyeksi ini menghasilkan sudut dan jarak sesuai pada meridian tengah dan daerah khatulistiwa sama luas. Jarak antara meridian sesuai, begitu pula jarak antar paralel. Baik untuk menggambar daerah-daerah yang kecil dimana saja.

Juga untuk daerah-daerah yang luas yang letaknya jauh dari khatulistiwa. Proyeksi ini sering dipakai untuk Amerika Selatan, Australia dan Afrika.



1.      Proyeksi Mercator
Proyeksi Mercator merupakan proyeksi silinder normal konform, dimana seluruh muka bumi dilukiskan pada bidang silinder yang sumbunya berimpit dengan bola bumi, kemudian silindernya dibuka menjadi bidang datar.

Sifat-sifat proyeksi Mercatar yaitu:
a.       Hasil proyeksi adalah baik dan betul untuk daerah dekat ekuator, tetapi distorsi makin membesar bila makin dekat dengan kutub.
b.       Interval jarak antara meridian adalah sama dan pada ekuator pembagian vertikal benar menurut skala.
c.       Interval jarak antara paralel tidak sama, makin menjauh dari ekuator, interval jarak makin membesar.
d.       Proyeksinya adalah konform.
e.       Kutub-kutub tidak dapat digambarkan karena terletak di posisi tak terhingga.






1.      Proyeksi Mollweide
Pada proyeksi ini sama luas untuk berubah dipinggir peta.
                

Gambar 03.22 Proyeksi Mollweide


1.      Proyeksi Gall
Sifatnya sama luas, bentuk sangat berbeda pada lintang-lintang yang mendekati kutub.











DAFTAR PUSTAKA



Amir Syarifudin, Drs. Sri Sudarmi, Dra. Usmaini, Dra, Geografi I, Jakarta: Bumi Aksara,
2000.
Dinas Pendidikan nasional DKI Jakarta, Program Kerja Guru Sekolah Menengah
Umum Kelas I, 1996.
I Made Sandy, Esensi Kartografi.
Sumadi Sutrijat, Geografi I, Departemen Pendidikan Nasional, 1999.
Suyono, dkk, Geografi, Surabaya: SIC, 1995.
TIM Geografi, Geografi I, Jakarta : Yudisthira, 2000.
Wardiyatmoko. K, HR Bintarto, Geografi SMU I, Erlangga, Jakarta: Erlangga, 2000.