SKALA DAN PROYEKSI
Skala
Skala Peta merupakan komponen
peta yang sangat penting karena dengan skala peta kita dapat mengetahui jarak antara
dua tempat.
Skala Peta adalah perbandingan antara jarak di peta dengan jarak sebenarnya dipermukaan
bumi.
Contoh:
Pada peta tertulis skala 1 : 1.000.000 ini berarti tiap jarak 1 bagian di peta sama dengan
jarak 1.000.000 bagian di muka bumi.
Jadi kalau di peta itu 1 bagian = 1 cm maka di
muka bumi = 10 Km.
Ukuran jarak yang digunakan
dalam peta yaitu cm, m, km, inci dan mil. Untuk Indonesia satuan yang umum dipakai
cm, m, atau km.
BENTUK ATAU MACAM SKALA
PETA
Setiap peta hendaknya
mencantumkan skalanya agar pembaca dapat menghitung dan memperkirakan perbesaran pada keadaan yang sebenarnya.
Skala Peta dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu:
1. Skala
Angka/Skala Pecahan (Numerical Scale).
Skala ini sering disebut skala
numeric yaitu skala yang dinyatakan
dalam bentuk perbandingan angka.
Contoh:
Skala 1 : 100.000, skala 1 : 2.000.000 dan sebagainya Bila peta berskala
1 : 100.000 berarti tiap satuan panjang pada peta menggambarkan jarak yang
sesungguhnya di lapangan/ di muka bumi sebenarnya 100.000 kali satu satuan panjang di peta. Bila satuan
panjang menggunakan cm berarti tiap jarak 1 cm pada peta menggambarkan jarak
100.000 di lapangan.
Contoh negara yang menggunakan sistem skala angka ini adalah Indonesia dan Amerika
Serikat. Untuk menentukan skala peta ini dapat dipakai
rumus:
2. Skala
Verbal yaitu skala yang dinyatakan dengan kalimat atau kata-kata.
Skala ini disebut
juga skala inci dibanding mil yang dalam
bahasa Inggris disebut
“Inch Mile Scale”.
Contoh:
Skala dalam
suatu peta dinyatakan dalam 1 inch to 5 miles, ini berarti jarak
1 inci di peta
menggambarkan jarak 5 mil di lapangan atau jarak sebenarnya.
3. Skala Garis (Line Scale)/Skala Grafik
(Graphical Scale) / Skala Batang (Bar Scale)/
Skala Jalan (Road Scale)
Untuk skala ini dinyatakan dalam bentuk garis lurus yang terbagi dalam beberapa bagian
yang sama panjangnya.
Pada garis tersebut harus dicantumkan ukuran jarak yang sesungguhnya di lapangan,
misalnya dalam meter, kilometer, feet atau mil.
Dari grafik tersebut
dapat dibaca bahwa
tiap jarak 1 inci pada peta sama dengan 2 mil di lapangan. Skala garis ini pada umumnya
digunakan apabila suatu peta akan dikecilkan
atau akan dibuat ukuran tertentu. Dengan memakai skala grafik/garis maka jarak
dua tempat dapat langsung diukur dalam peta.
Tidak jarang dalam satu peta dicantumkan skala angka dan juga skala garis.
Sampai disini apakah Anda dapat memahami? Selanjutnya, dalam pembahasan skala peta yang harus
Anda
ingat adalah semakin besar skalanya, akan semakin kecil kenampakkan
wilayah yang digambarkan. Sebaliknya semakin kecil skalanya semakin luas areal
kenampakkan permukaan bumi yang yang
tergambar dalam peta.Untuk memahami
skala termasuk besar atau kecil dapat dicontohkan sebagai berikut:
- Skala 1 : 50.000
|
lebih besar dari
|
1 : 100.000
|
- Skala 1 : 200.000
|
lebih besar
dari
|
1 : 2.000.000
|
- Skala 1 : 250.000
|
lebih
kecil dari
|
1 : 50.000
|
MERUBAH SKALA PETA
Perlu
Anda pahami juga bahwa jenis skala peta yang ada dapat diubah sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Lalu
bagaimana cara merubahnya?Untuk merubah skala peta ada beberapa cara seperti:
1.
Mengubah skala angka ke
skala grafik
Contoh:
Dalam peta tertulis skala
1 : 300.000, ubahlah ke dalam skala grafik
atau garis.
Penyelesaian:
Skala 1 : 300.000 berarti 1 bagian di peta menunjukkan 300.000 bagian di
lapangan. Apabila dibuat dalam
cm, maka 1 cm di peta = 300.000 cm di lapangan. Bila dibuat skala grafiknya berarti tiap-tiap cm atau dalam
satu kotak nilainya
300.000 cm atau 3 km.
Bila digambarkan skala grafiknya sebagai
berikut:
2. Mengubah skala garis menjadi skala
angka
Contoh:
Skala garis digambarkan seperti di bawah ini, ubahlah
menjadi skala angka!
Penyelesaian:
Pada peta dengan skala ini berarti tiap panjang garis (kotak)
menggambarkan 2 km di lapangan sehingga apabila tiap kotak antara 0 –. 2 – 4
dan 4 – 6 masing-masing jika diukur = 2 cm maka:
2 cm =
2 km
1 cm =
1 km
1 cm =
100.000 cm
Sehingga skala angkanya
menjadi 1 : 100.000
3. Mengubah skala angka menjadi skala inci
- mil
Contoh:
Skala angka 1 : 500.000,
ubahlah menjadi skala
inci-mil
4. Mengubah skala grafik menjadi skala
mil-inci
Contoh:
Jika diketahui
grafik sepanjang 5 cm menunjukkan jarak 10 mil di lapangan,
ubahlah menjadi skala angka dan inci-mil
5. Mengubah skala dengan sistem grid bujur
sangkar (Gridsquare)
Sistem grid bujur sangkar disebut
juga metode Union Jack
Contoh:
Peta dengan skala 1 : 200.000
ubahlah menjadi peta berskala 1 : 100.000
Bila digambarkan bentuk petanya sebagai berikut:
CARA MENENTUKAN SKALA PETA
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menjumpai peta yang tidak
ada skalanya, padahal mungkin kita membutuhkannya. Apabila Anda mengalami kejadian ini maka cara menentukan
skala peta dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Membandingkan dua jarak tempat di peta dengan jarak kedua tempat di lapangan
Contoh:
Jarak antara Jakarta dan Bekasi di lapangan 20 km (2.000.000 cm). Di peta jarak keduanya
50 cm. Tentukan
skala petanya!
- Ukur jarak 2 tempat yang diketahui dalam kedua peta itu.
Peta I = jarak A – B = 20 cm
Peta II = jarak A – B = 4 cm
- Pada
peta I jarak A – B dilapangan:
= 2 x 50.000
cm = 100.000 cm
- Pada peta
I jarak AB
|
=
|
20x
|
x cm
|
=
|
20x cm
|
20x
|
=
|
200.000
cm
|
x
|
=
|
10.000
cm
|
Jadi skala peta I = 1 : 10.000
Dari penyelesaian contoh soal tersebut dapat dibuat kesimpulan rumusan sebagai berikut:
1.
Membandingkan kenampakan-kenampakan dalam peta yang sudah pasti ukurannya.
Contoh:
Dalam peta terdapat lapangan sepak bola panjang lapangan 100 meter = 10.000 cm. Jadi skala lapangan sepak bola tersebut
1 : 10.000
2. Menentukan dua titik
di peta yang belum ada skalanya (peta
x) misalnya titik A – B
dengan arah Utara - Selatan.
Setelah itu menghitung
jarak dua titik dan selisih derajat garis lintangnya. Perlu Anda
ingat bahwa jarak tiap 10 garis
lintang = 111 km dan 10 = 60 detik
Contoh:
Jarak A - B di peta
x = 50 cm Selisih garis lintangnya = 30 detik Berapa skala peta x?
1. Pada peta Topografi
(peta Kontur) di Indonesia berlaku
rumus:
CI (Contour Interval ) adalah selisih ketinggian antara
dua garis kontur
yang dinyatakan dalam meter. Contour
Interval sering disebut
jarak antara garis kontur. Garis Kontur yaitu
garis-garis pada peta yang menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian yang sama dari permukaan
air laut.
Perhitungan CI misalnya:
Pada peta kontur Indonesia yang berskala 1 : 100.000,
berapakah CI nya?
Apabila Anda ingin mengukur jarak pada peta baik lurus atau berbelok-belok, lakukanlah hal-hal berikut:
a. Gunakan seutas benang yang agak besar (misal: benang kasur)
b. Berilah tanda pada peta di bagian yang
diukur.
c. Ukurlah dengan benang yang sudah
dipersiapkan.
d. Tekuklah
benang mengikuti jarak obyek yang diukur, seperti jalan yang berbelok, benang juga harus ikut dibelokkan.
e. Jarak yang diukur pada peta misalnya 50
cm (antara kota A dengan
kota B).
f. Sesuaikan
dengan skala garis misalnya skala yang ada 1 : 50.000, maka jarak antara
kota A dan B dilapangan = 50 cm x 50.000 = 2.500.000 cm = 25 km.
BENTUK GEODESI BENTUK BUMI
Geodesi merupakan salah satu cabang ilmu matematika untuk pengukuran bentuk dan ukuran
bumi, menentukan posisi
(koordinat) titik-titik panjang,
arah-arah garis di permukaan bumi,
juga mempelajari gravitasi bumi.
GEOID BUMI
Bidang ekuipotensial bumi yang dianggap berhimpit
dengan permukaan air laut rata rata. Untuk mengetahui bidang geoid diperlukan
pengukuran gaya berat. Saat ini digunakan beberapa pendekatan model geoid
secara global diantaranya EGM 96, EGM 2008 , dll. Namun di Indonesia model
global tersebut masih memilki ketelitian yang cukup rendah ( kurang lebih 1
meter ), karena masih relative sedikit lokasi pengukuran gaya berat di Indonesia.
Geoid disebut sebagai model bumi yang mendekati sesungguhnya. Lebih jauh geoid
dapat didefinisikan sebagai bidang ekipotensial yang berimpit dengan permukaan
laut pada saat keadaan tenang dan tanpa gangguan , karena itu secara praktis
geoid dianggap berhimpit dengan permukaan laut rata-rata (Mean sea level-MSL).
Jarak geoid terhadap ellipsoid disebut Undulasi geoid (N). Nilai dari undulasi
geoid tidak sama di semua tempat, hal ini disebabkan ketidakseragaman sebaran
densitas massa bumi. Untuk keperluan aplikasi geodesi, geofisika dan
oseanografi dibutuhkan geoid dengan ketelitian yang cukup tinggi.
BENTUK BUMI
Datum geodesi, proyeksi
peta, dan
system-sistem referensi koordinat yang telah dikembangkan sejak dulu digunakan untuk mendeskripsikan bentuk permukaan bumi beserta posisi dan lokasi geografi dari unsure-unsur
permukaan bumi yang menarik bagi manusia.
Bentuk bumi yang telah dianut oleh manusia telah berevolusi dari abad keabad, antara lain:
a) Tiram atau cakram yang terapung di permukaan laut, menurut bangsa Babilon pada 2500
tahun SM
b) Lempeng dasar, bangsa Yunani kuno pada 500 SM
c) Kotak persegi panjang, geograf Yunani kuno pada 400 SM
d) Piringan lingkaran atau cakram (bangsa Romawi)
e) Bola - bangsa Yunani kuno: Phytagoras
(495 SM), aristotheles membuktikannya (340 SM), Archimides (250 SM), dan Erastosthenes (250 SM)
f) Buah
jeruk asam (J. Cassini 1683-1718)
g) Buah
jeruk manis – Huygens (1629-1695), dan Issac Newton (1643 – 1727)
h) Ellips putas- French academy of science (1666)
Salah satu tugas geodesi geometris adalah menentukan koordinat titik-titik, jarak, dan arah di
permukaan bumi untuk keperluan praktis maupun ilmiah. Untuk itu
diperlukan adanya bidang
hitungan. Permukaan bumi merupakan permukaan sangat tidak teratur. Oleh karena itu, permukaan ini tidak dapat digunakan sebagai bidang hitungan geodesi.
Untuk
kebutuhan perhitungan
geodesi, permukaan
bumi diganti
dengan permukaan
yang teratur dengan bentuk dan
ukuran yang mendekati bumi.
Permukaan yang
dipilih adalah bidang permukaan yang mendekati bentuk
dan ukuran geoid. Geoid memiliki bentuk yang sangat mendekati
ellips putar
dengan sumbu
pendek
sebagai sumbu putar
yang berimpit dengan sumbu putar
bumi. Ellipsoid
digunakan sebagai bidang
hitungan
geodesi, yang kemudian disebut
sebagai ellipsoid referensi. Ellipsoid referensi biasanya didefinisikan oleh nilai-nilai jari-jari equator
(a) dan pegepengan (b)
elips putarnya. Sedangkan parameter seperti setengah sumbu pendek( c), eksentrisitas (d), dan lainnya dihitung dengan
menggunakan ke dua nilai parameter pertama diatas. Tiap Negara memiliki pandangan berbeda ttg
parameter- parameter ini. Indonesia
pada 1860 menggunakan ellips Bessel 1841 dengan a=6,377,397;
dan 1/f
=
299.15.
tetapi
sejak
1971 menggunakan
Ellips
GRS-67 dengan
a=6,378,160;
1/f=298.247.
DATUM GEODESI
Untuk pekerjaan geodesi, selain ellipsoid referensi, diperlukan juga
suatu datum yang
mendefinisikan system koordinat. Datum secara umum merupakan besaran-besaran atau konstanta yang dapat bertindak sebagai referensi atau dasar
untuk hitungan besaran yang
lain. Datum geodesi
merupakan sekumpulan
konstanta
yang
digunakan untuk
mendefinisikan system koordinat
yang
digunakan untuk
control
geodesi. Untuk
mendefinisikan
datum geodesi yang lengkap diperlukan 8 besaran:
(a)
tiga konstanta (X0, Y0, Z0) untuk mendefinisikan titik awal sistem koordinat,
(b) tiga besaran untuk menentukan arah sistem koordinat, dan
(c) dua besaran lainnya ( setengah sumbu a, dan pegepengan f) untuk mendefinisikan ellpsoid.
Gambar Datum Geodesi
Datum Lokal
Datum lokal adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid
referensi yang dipilih sedekat
mungkin dengan bentuk geoid lokal (tidak luas) yang dipetakan - datumnya menggunakan ellipsoid lokal. Indonesia
(1862-1880) telah
melakukan penentuan posisi
di pulau
jawa dengan metode triangulasi. Penentuan posisi ini menggunakan ellipsoid Bessel 1841, sebagai ellipsoid referensi,
meridian Jakarta sebagai
meridian nol,
dan titik awal (lintang)
beserta sudut azimutnya diambil dari triangulasi
di
puncak gunung
Genoek
(dikenal sbg
datum Gonoek).
Tahun 1970-an,
untuk keperluan pemetaan rupa
bumi pulau Sumatera, BAKOSURTANAL
menggunakan datum
baru, datum Indonesia
1974
(Padang), yang menggunakan ellipsoid GRS-67 (a= 6,378,160.00; 1/f = 298.247), dikenal sebagai SNI (Speroid National Indonesia). Untuk menentukan orientasi
SNI di
dalam ruang, ditetapkan
suatu
datum relatif dengan
eksentris (stasiun Doppler) BP-A (1884) di Padang sebagai titik datum SNI.
Pada tahun 1996 ditetapkan penggunaan datum baru, DGN-95, untuk seluruh
kegiatan survey dan
pemetaan di wilayah RI yang dituangkan
dalam SK Bakosurtanal HK.02.04/II/KA/96.
DGN-95 memiliki parameter ellipsiod a= 6.378.137,00 dan 1/f=298,257223563.
Datum Regional
Datum regional adalah
datum geodesi
yang
menggunakan ellipsoid referensi yang dipilih sedekat mungkin dengan bentuk
geoid untuk area yang relatif luas (regional)
– datumnya
menggunakan
ellipsoid regional. Datum ini digunakan bersama oleh beberapa negara yang berdekatan dalam satu benua yang sama. Contoh datum regional:
·
Amerika Utara 1983 (NAD83) digunakan bersama oleh negara-negara yang terletak di benua Amerika
bagian utara
·
European datum 1989 (ED89) yang digunakan oleh
negara-negara yang terletak di benua eropa,
·
Australian Geodetic Datum 1998 (AAGD98) yang digunakan bersama oleh negara-negara yang
terletak dibenua Australia
Datum Global
Datum global
adalah
datum geodesi
yang menggunakan
ellipsoid referensi
yang
dipilih sedekat mungkin dengan bentuk
geoid
untuk seluruh permukaan bumi – datumnya
menggunakan ellipsoid global. Contohnya, 1984 departemen pertahanan amerika (DoD) mempublikasikan
datum WGS84.
Datum ini dikembangkan oleh
DMA (Defense Mapping Agency) merepresentasikan
pemodelan bumi dari standpoint gravitasional, geodetik, dan geometrik dengan menggunakan data teknik, dan teknologi yang sudah ada.
Catatan:
(a) sumbu Z : mengarah ke kutub utara CTP (Convensional terrestrial pole) sebagaimana telah didefinisikan oleh BIH (Bureau International de L’Heure)
(b)
Sumbu X: merupakan garis
berpotongan antara bidang meridian
referensi WGS 84 dengan bidang ekuator CTP (convensional Terrestrial System).
(c)
Sumbu Y: sumbu X yang diputar 90o ke arah timur di bidang equator CTP
Demikian pentingnya datum global WGS’84 ini hingga GPS-pun menggunakannya sebagai datum untuk menentukan posisi-posisi tiga dimensi dari target-target yang ditentukan.
Transformasi Datum
Pada gambar dibawah ini menunjukkan bahwa permukaan local ellipsoid (yang digunakan oleh datum local) mendekati
bentuk geoid hanya
di daerah
survey
yang relative
sempit. Jika
ellipsoid ini diperbesar sehingga
bentuk
permukaannya
mendekati geoid
yang
lebih luas,
mencakup beberapa Negara, bahkan satu benua, disebut datum regional.
Sedangkan jika ellipsiodnya mendekati bentuk
geoid secara
keseluruhan permukaan bumi,
maka ellipsoidnya disebut
sebagai datum global.
Gambar Datum lokal dan global
Untuk keperluan survey geodesi yang
lebih luas, seperti penentuan batas-batas antara
negara-
negara yang bersebelahan, maka diperlukan datum bersama. Jika negara-negara ybs
masing- masing menggunakan
datum lokal
yang berbeda,
maka
masing-masing
harus ditransformasikan ke datum yang sama.
Prinsip transformasi datum adalah pengamatan pada titik-titik yang sama. Selanjutnya, titik- titik sekutu ini memiliki koordinat-koordinat dalam berbagai datum. Dari koordinat-koordinat ini dapat diketahui hubungan matematis antara datum-datum ybs. Hubungan matematis antara datum ini dapat dinyatakan dengan 7 parameter transformasi sbb: Translasi titik asal (origin) dx, dy, dz; rotasi sumbu koordinat rx, ry, rz, dan
skala S.
Datum Horizontal
Ellipsoid referensi
yang paling sering digunakan sebagai bidang untuk penentuan posisi horizontal (lintang dan bujur), yang datumnya dikenal sebagai datum horizontal. Koordinat
posisi horizontal
ini beserta
tingginya di atas permukaan ellipsoid dapat dikonversikan
ke sistem koordinat kartesian 3D yang mengacu pada sumbu-sumbu ellipsoid ybs.
Datum vertikal
Untuk mempresentasikan informasi ketinggian atau kedalaman, sering digunakan datum
yang berbeda. Pada peta laut umumnya dgunakan suatu bidang permukaan air
rendah (chart datum)
sebagai bidang referensi, sehingga nilai-nilai kedalaman yang direpresentasikan oleh peta laut ini mengacu pada pasut rendah
(low tide).
SISTEM REFERENSI GEODESI
Agar hasil pengamatan di bidang geodesi dapat saling dibandingkan, dikaitkan, digunakan, atau mendukung hasil-hasil pengamatan di bidang atau disiplin ilmu lainnya (astronomi,
geofisika), maka dibuatlah suatu sistem referensi geodesi
(Geidetic Reference System - GRS).
PROYEKSI PETA
a.
Konsep proyeksi peta
Teknik proyeksi
ini juga berlaku
untuk memindahkan letak titik-titik pada permukaan bumi ke
bidang datar yag dinamakan PROYEKSI PETA.
Secara khusus pengertian dari proyeksi peta adalah cara memindahkan sistem paralel (garis
lintang) dan meridian (garis bujur) berbentuk bola (Globe) ke bidang
datar (peta). Hasil pemindahan dari globe ke bidang datar ini akan menjadi
peta.Pemindahan dari globe ke bidang datar harus diusahakan akurat. Agar kesalahan diperkecil sampai tidak ada kesalahan
maka proses pemindahan harus memperhatikan syarat-syarat di bawah ini:
1. Bentuk-bentuk di permukaan bumi tidak mengalami
perubahan (harus tetap),
persis seperti pada gambar peta di globe bumi.
2. Luas permukaan yang diubah harus
tetap.
3. Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan
bumi yang diubah harus tetap.
Di dalam proses pembuatan peta
untuk dapat memenuhi ketiga syarat di atas sekaligus adalah suatu hal yang tidak mungkin.
Bahkan untuk dapat memenuhi satu syarat saja untuk
seluruh bola dunia juga merupakan hal yang tidak mungkin, yang bisa dipenuhi
hanyalah satu saja dari syarat-syarat di atas dan ini hanya untuk sebagian
kecil dari muka bumi.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
dalam membuat peta kita hanya
dapat menggambar beberapa
bagian permukaan bumi. Untuk dapat membuat peta yang meliputi wilayah yang lebih luas atau
bahkan seluruh permukaan bumi. Untuk dapat membuat peta yang meliputi wilayah
yang lebih luas atau bahkan seluruh permukaan bumi kita harus mengadakan kompromi
antara ketiga syarat di atas. Sebagian dampak kompromi tersebut, keluarlah bermacam-macam
jenis proyeksi peta. Masing-masing proyeksi mempunyai kelebihan
dan kelemahan sesuai dengan tujuan peta dan bagian mukabumi
yang digambarkan.
Bila diminta untuk memetakan
seluruh permukaan bumi, maka Anda dituntut harus tepat
dalam memilih proyeksi yang digunakan. Pemilihan proyeksi tergantung pada:
·
Bentuk, luas dan letak daerah
yang dipetakan.
·
Ciri-ciri tertentu atau ciri asli yang akan dipertahankan.
Sekarang perhatikan terlebih
dahulu gambar berikut ini!
Pada gambar 03.3 anda dapat
melihat perubahan bentuk dari segi empat pada globe:
Sebagai akibatnya dapat dilihat pada gambar 03.4 berikut ini
Pada gambar
03.4 bagian
tengah globe yaitu daerah sekitar
garis khatulistiwa sedikit mengalami
distorsi (penyimpangan) sedangkan daerah kutub
mengalami distorsi yaitu menjadi lebih besar.
Proyeksi ini cocok untuk mempertahankan bentuk sekitar
khatulistiwa.
Titik singgung antara permukaan bola bumi
dan bidang datar dapat terletak pada kutub, ekuator atau antara kutub
dan ekuator.
Misalnya Anda akan memproyeksikan garis-garis meridian dan garis-garis lintang.
Jika titik singgung antara
bidang datar dan permukaan bola bumi terletak di kutub utara, setelah
diproyeksikan garis lintang akan taampak sebagai lingkaran konsentris yang
mengelilingi kutub. Garis meridian
akan tampak sebagai
garis lurus yang berpusat di kutub dengan sudut
yang sama.
Perhatikan gambar berikut
Pada gambar 03.6 Anda dapat melihat
perubahan bentuk pada garis lingkaran
terluar. Garis tersebut lebih besar dari garis di globe. Jadi paling banyak
mengalami distorsi. Pada bagian
kutub relatif tidak mengalami perubahan atau distorsi, jadi hampir mendekati
kesesuaian. Proyeksi ini cocok
untuk mempertahankan bentuk
sekitar kutub.
Macam-macam proyeksi peta
1. Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan
a. Proyeksi Ekuivalen adalah
luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta
sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala.
b. Proyeksi Konform
artinya bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan bentuk aslinya.
c. Proyeksi Ekuidistan artinya jarak-jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi setelah dikalikan skala.
2. Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetris
a. Proyeksi
Normal, apabila sumbu
simetrisnya berhimpit dengan
sumbu bumi.
b. Proyeksi
Miring, apabila sumbu
simetrinya membentuk sudut
terhadap sumbu bumi. c.
Proyeksi Transversal, apabila sumbu simetrinya tegak lurus pada sumbu bumi atau
terletak di bidang
ekuator. Proyeksi
ini disebut juga Proyeksi
ekuatorial.
3. Berdasarkan bidang asal proyeksi yang digunakan
a.
Proyeksi Zenithal
(Azimuthal), adalah proyeksi
yang menggunakan bidang datar
sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu
titik.
Untuk memperjelas silahkan perhatikan lagi
gambar 03.5.
Proyeksi ini menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub pada titik pusat proyeksi.
Ciri-ciri Proyeksi Azimuthal:
a. Garis-garis bujur
sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub.
b.
Garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi kutub.
c. Sudut antara
garis bujur yang satu dengan
lainnya pada peta besarnya sama.
d. Seluruh permukaan
bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk
lingkaran.
Proyeksi Azimuthal dibedakan 3 macam, yaitu:
a. Proyeksi Azimut Normal
yaitu bidang
proyeksinya menyinggung kutub.
b. Proyeksi Azimut Transversal yaitu bidang proyeksinya tegak lurus dengan
ekuator.
c. Proyeksi Azimut Oblique yaitu bidang proyeksinya
menyinggung salah satu tempat
antara
kutub dan ekuator.
Pada gambar 03.6 Anda dapat melihat
perubahan bentuk pada garis lingkaran
terluar. Garis tersebut lebih besar dari garis di globe. Jadi paling banyak
mengalami distorsi. Pada bagian
kutub relatif tidak mengalami perubahan atau distorsi, jadi hampir mendekati
kesesuaian. Proyeksi ini cocok
untuk mempertahankan bentuk
sekitar kutub.
Macam-macam proyeksi peta
1. Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan
a. Proyeksi Ekuivalen adalah
luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta
sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala.
b. Proyeksi Konform
artinya bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan bentuk aslinya.
c. Proyeksi Ekuidistan artinya jarak-jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi setelah dikalikan skala.
2. Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetris
a. Proyeksi
Normal, apabila sumbu
simetrisnya berhimpit dengan
sumbu bumi.
b. Proyeksi
Miring, apabila sumbu
simetrinya membentuk sudut
terhadap sumbu bumi. c.
Proyeksi Transversal, apabila sumbu simetrinya tegak lurus pada sumbu bumi atau
terletak di bidang
ekuator. Proyeksi
ini disebut juga Proyeksi
ekuatorial.
3. Berdasarkan bidang asal proyeksi yang digunakan
a.
Proyeksi Zenithal
(Azimuthal), adalah proyeksi
yang menggunakan bidang datar
sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu
titik.
Untuk memperjelas silahkan perhatikan lagi
gambar 03.5.
Proyeksi ini menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub pada titik pusat proyeksi.
Ciri-ciri Proyeksi Azimuthal:
a. Garis-garis bujur
sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub.
b.
Garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi kutub.
c. Sudut antara
garis bujur yang satu dengan
lainnya pada peta besarnya sama.
d. Seluruh permukaan
bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk
lingkaran.
Proyeksi Azimuthal dibedakan 3 macam, yaitu:
a. Proyeksi Azimut Normal
yaitu bidang
proyeksinya menyinggung kutub.
b. Proyeksi Azimut Transversal yaitu bidang proyeksinya tegak lurus dengan
ekuator.
c. Proyeksi Azimut Oblique yaitu bidang proyeksinya
menyinggung salah satu tempat
antara
kutub dan ekuator.
Khusus
proyeksi Azimut Normal cocok untuk memproyeksi daerah kutub.
Perhatikan
gambar berikut ini
Karena proyeksi Azimuthal
paling tepat untuk menggambarkan kutub, maka penggambaran kutub melalui proyeksi
ini dibedakan menjadi
3 macam yaitu:
1. Proyeksi Gnomonik
Pada proyeksi ini pusat proyeksi terapat di titik pusat bola bumi. Ekuator tergambar
hingga tak terbatas. Lingkaran paralel
berubah ke arah luar mengalami
pembesaran yang cepat dan
ekuator tidak mampu digambarkan karena pembesaran tak terhingga
tadi. Pada daerah lintang 45 akan mengalami pembesaran 3 kali.
1. Proyeksi Azimuthal Stereografik
Titik sumber proyeksi
di kutub berlawanan dengan titik singgung
bidang proyeksi dengan kutub bola bumi. Jadi jarak antara lingkaran
paralel tergambar semakin membesar ke arah luar.
Untuk lebih
jelasnya perhatikan gambar
berikut ini
1. Proyeksi Azimuthal Orthografik
Proyeksi
ini menggunakan titik yang letaknya
tak terhingga sebagai
titik sumber proyeksi. Akibatnya
sinar proyeksinya sejajar
dengan sumbu bumi.
Lingkaran paralel akan diproyeksikan dengan keliling yang benar atau ekuidistan.
Jarak antara lingkaran garis lintang akan semakin mengecil bila semakin
jauh dari pusat.
. Proyeksi Kerucut
(Conical Projection), Proyeksi Kerucut
yaitu pemindahan garis- garis meridian dan paralel
dari suatu globe ke sebuah kerucut.
Untuk proyeksi normalnya cocok untuk
memproyeksikan daerah lintang
tengah (miring). Proyeksi
ini memiliki paralel
melingkar dengan meridian
berbentuk jari-jari. Paralel berwujud
garis lingkaran sedangkan bujur berupa jari-jari.
Perhatikan Gambar berikut
ini
Proyeksi kerucut diperoleh dengan memproyeksikan
globe
pada kerucut yang menyinggung atau memotong globe kemudian
di buka,
sehingga bentangnya ditentukan oleh sudut puncaknya. Proyeksi ini paling tepat untuk menggambar daerah
daerah di lintang
450.
Proyeksi kerucut
dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. Proyeksi kerucut
normal atau standar
Jika garis singgung
bidang kerucut pada bola bumi terletak pada suatu paralel (Paralel Standar).
2.
Proyeksi Kerucut Transversal
Jika kedudukan
sumbu kerucut terhadap
sumbu bumi tegak lurus.
3. Proyeksi Kerucut Oblique
(Miring)
Jika sumbu kerucut
terhadap sumbu bumi terbentuk miring
Dari gambar tersebut dapat dikemukakan ciri-ciri
proyeksi kerucut antara lain:
1. Semua garis
bujur merupakan garis
lurus dan berkonvergensi di kutub.
2. Garis lintang
merupakan suatu busur lingkaran yang konsentris dengan titik pusatnya adalah salah satu kutub bumi.
3. Tidak dapat menggambarkan seluruh permukaan bumi karena salah satu kutub bumi tidak dapat digambarkan.
4. Seluruh proyeksi
tidak merupakan satu lingkaran sempurna, sehingga baik untuk
menggambarkan daerah lintang rendah.
c. Proyeksi Silinder atau Tabung
Proyeksi Silinder adalah suatu proyeksi
permukaan bola bumi yang bidang
proyeksinya berbentuk silinder
dan menyinggung bola bumi.
Apabila pada proyeksi ini bidang silinder menyinggung khatulistiwa, maka
semua garis paralel merupakan
garis horizontal dan semua garis meridian merupakan
garis lurus vertikal.
Perhatikan gambar-gambar berikut ini
Penggunaan proyeksi
silinder mempunyai beberapa
keuntungan yaitu:
1. Dapat
menggambarkan daerah yang luas.
2. Dapat
menggambarkan daerah sekitar
khatulistiwa.
3. Daerah
kutub yang berupa titik digambarkan seperti garis lurus.
4. Makin
mendekati kutub, makin
luas wilayahnya.
Jadi keuntungan proyeksi ini yaitu cocok untuk menggambarkan daerah
ekuator, karena ke arah kutub
terjadi pemekaran garis
lintang.
Proyeksi Azimuthal,proyeksi kerucut (conical) dan proyeksi silinder (cylindrical) termasuk kelompok proyeksi
murni. Penggunaan jenis proyeksi-proyeksi murni ini sangat terbatas.
Nah sampai di sini apakah Anda telah memahami
uraian di atas? Bila belum ulangi
sekali lagi membaca uraian materi
di atas dan cobalah menggambarkan setiap jenis proyeksi.
d. Proyeksi Gubahan (Proyeksi
Arbitrary)
Proyeksi-proyeksi ini dipergunakan untuk menggambarkan peta-peta yang kita jumpai
sehari-hari, merupakan
proyeksi atau rangka peta yang diperoleh secara perhitungan.
Contoh-contoh proyeksi
gubahan antara lain:
1.
Proyeksi Bonne (Equal Area)
Sifat-sifatnya
sama luas. Sudut dan jarak benar pada meridian tengah dan pada paralel
standar. Semakin jauh dari
meridian tengah, bentuk menjadi sangat
terganggu. Baik untuk menggambarkan Asia yang letaknya di sekitar khatulistiwa.
1.
Proyeksi Sinusoidal
Pada
proyeksi ini menghasilkan sudut dan jarak sesuai pada meridian tengah dan
daerah khatulistiwa sama luas. Jarak antara meridian sesuai, begitu pula jarak
antar paralel. Baik untuk menggambar daerah-daerah yang kecil dimana saja.
Juga untuk daerah-daerah yang luas yang letaknya jauh dari khatulistiwa. Proyeksi
ini sering dipakai untuk Amerika
Selatan, Australia dan Afrika.
1.
Proyeksi
Mercator
Proyeksi
Mercator merupakan proyeksi
silinder normal konform,
dimana seluruh muka bumi dilukiskan pada bidang silinder
yang sumbunya berimpit
dengan bola bumi, kemudian
silindernya dibuka menjadi
bidang datar.
Sifat-sifat proyeksi
Mercatar yaitu:
a. Hasil proyeksi
adalah baik dan betul untuk daerah dekat ekuator, tetapi distorsi makin membesar bila makin
dekat dengan kutub.
b. Interval jarak
antara meridian adalah
sama dan pada ekuator pembagian vertikal benar menurut skala.
c. Interval jarak antara paralel
tidak sama, makin menjauh dari ekuator, interval
jarak makin membesar.
d. Proyeksinya adalah
konform.
e. Kutub-kutub tidak
dapat digambarkan karena
terletak di posisi
tak terhingga.
1.
Proyeksi
Mollweide
Pada proyeksi ini sama luas
untuk berubah dipinggir peta.
Gambar 03.22 Proyeksi Mollweide
1.
Proyeksi
Gall
Sifatnya sama luas, bentuk
sangat berbeda pada lintang-lintang yang mendekati kutub.
DAFTAR PUSTAKA
Amir Syarifudin, Drs. Sri Sudarmi,
Dra. Usmaini, Dra, Geografi
I, Jakarta: Bumi Aksara,
2000.
Dinas Pendidikan nasional DKI Jakarta,
Program Kerja Guru Sekolah Menengah
Umum Kelas
I, 1996.
I Made Sandy, Esensi
Kartografi.
Sumadi
Sutrijat, Geografi I, Departemen
Pendidikan Nasional, 1999.
Suyono, dkk, Geografi, Surabaya:
SIC, 1995.
TIM Geografi, Geografi I, Jakarta
: Yudisthira, 2000.
Wardiyatmoko.
K, HR Bintarto, Geografi
SMU I, Erlangga, Jakarta: Erlangga, 2000.